Rabu, 31 Januari 2024

Janganlah Engkau Dirisaukan Orang-orang Yang Dengan Mudah Kembali Kafir


 

Janganlah Engkau Dirisaukan Orang-orang Yang Dengan Mudah Kembali Kafir


وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْكُفْرِۚ اِنَّهُمْ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ اَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِى الْاٰخِرَةِ  وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌۚ

176. Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir; sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat, dan mereka akan mendapat adzab yang besar.

اِنَّ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

177. Sesungguhnya orang-orang yang membeli kekafiran dengan iman, sedikit pun tidak merugikan Allah; dan mereka akan mendapat adzab yang pedih.

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ خَيْرٌ لِّاَنْفُسِهِمْ ۗ اِنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ لِيَزْدَادُوْٓا اِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ

178. Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat adzab yang menghinakan.

(QS. Ali Imran : 176-178)

Selasa, 30 Januari 2024

Wahai Musuh-musuh Islam Dan Musuh As Sunnah.. Pahamilah..!


 

Jawaban Dari Allah Ta'ala Atas Orang-orang Yang Banyak Dusta Dan Banyak Dosa



 

Jawaban Dari Allah Ta'ala Atas Orang-orang Yang Banyak Dusta Dan Banyak Dosa

     Allah Ta'ala berfirman :

وَيْلٌ لِّكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (7) يَسْمَعُ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8) وَاِذَا عَلِمَ مِنْ اٰيٰتِنَا شَيْـًٔا ۨاتَّخَذَهَا هُزُوًاۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌۗ (9)

“(7) Kecelakaan yang besarlah (Wail) bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, (8) dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih. (9) Dan apabila dia mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka (ayat-ayat itu) dijadikan olok-olok. Merekalah yang akan menerima adzab yang menghinakan." (QS: Al-Jatsiyah: 7-8).

     Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya berkata :

ثُمَّ قَالَ: ﴿وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ﴾ أَيْ: أَفَّاكٍ فِي قَوْلِهِ كَذَّابٍ، حَلَّافٍ مَهِينٍ أَثِيمٍ فِي فِعْلِهِ وَقِيلِهِ(١) كَافِرٍ بِآيَاتِ اللَّهِ؛ وَلِهَذَا قَالَ: ﴿يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ﴾ أَيْ: تُقْرَأُ عَلَيْهِ ﴿ثُمَّ يُصِرُّ﴾ أَيْ: عَلَى كُفْرِهِ وَجُحُودِهِ اسْتِكْبَارًا وَعِنَادًا ﴿كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا﴾ أَيْ: كَأَنَّهُ مَا سَمِعَهَا، ﴿فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ﴾ [أَيْ](٢) فَأَخْبِرْهُ أَنَّ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَذَابًا أَلِيمًا مُوجِعًا.
﴿وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا﴾ أَيْ: إِذَا حَفِظَ شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ كَفَرَ بِهِ وَاتَّخَذَهُ سُخْرِيًّا وَهُزُوًا، ﴿أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ﴾ أَيْ: فِي مُقَابَلَةِ مَا اسْتَهَانَ بِالْقُرْآنِ وَاسْتَهْزَأَ بِهِ؛ ....

     Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan :

{وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ}

"Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa." (QS. Al-Jatsiyah: 7). Yakni dusta dalam perkataannya, penyumpah lagi suka menghina, dan pendosa dalam perbuatannya, sedangkan hatinya kafir kepada ayat-ayat Allah. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya :

{يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ} أَيْ: تُقْرَأُ عَلَيْهِ {ثُمَّ يُصِرُّ }

"dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap." (QS. Al-Jatsiyah: 8) dalam kekafirannya, keingkaran, dan kesombongannya.

{كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا} أَيْ: كَأَنَّهُ مَا سَمِعَهَا {فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}

"seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih." (QS. Al-Jatsiyah: 8) Maksudnya, dia pura-pura tidak mendengarnya. Maka beritakanlah kepada orang yang bersikap demikian bahwa di sisi Allah kelak di hari kiamat dia akan mendapat adzab yang pedih lagi sangat menyakitkan.

{وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا}

"Dan apabila dia mngetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok." (QS. Al-Jatsiyah: 9) Yakni apabila dia hafal sesuatu dari Al-Qur'an, ia mengingkarinya dan menjadikannya bahan olok-olokan dan ejekannya.

{أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ}

"Merekalah yang memperoleh adzab yang menghinakan." (QS Al-Jatsiyah: 9) sebagai balasan dari penghinaannya terhadap Al-Qur'an, karena dia telah menjadikan Al-Qur'an sebagai olok-olokannya. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Senin, 29 Januari 2024

3 Senjata Hebat Untuk Menghadapi Orang Kafir Dan Musyrik Yang Takabbur



 

Surat Al Fatihah Dan Al Ikhlash Telah Cukup Sebagai Dalil Untuk Membantah Orang Kafir


3 Senjata Hebat Untuk Menghadapi Orang Kafir Dan Musyrik Yang Takabbur

1. Sampaikah Hujjah Dan Bayan

     Nabi dan para Shahabat tidak pernah mengajarkan umat Islam untuk debat kusir. Demikian juga para imam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah seperti imam Abu Hanifah, imam Malik, imam Asy Syafi'i ataupun imam Ahmad melarang debat langsubd dengan ahlul ahwa' (pengikut hawa nafsu). Jika orang-orang kafir menantang kita mendatangkan dalil, maka sampaikan surat Al Fatihah, Al Ikhlash atau semisal. Ummul Qur'an (Al Fatihah) dan Al Ikhlash itu sudah cukup untuk membantah keyakinan orang-orang kafir dan musyrik.



2.  Jika Orang Kafir Meragukan Al Qur'an Maka Tantanglah Untuk Membuat Sebuah Surat Semisal Al Fatihah

{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38) بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (39) وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَ (40) }

“(37) Tidak mungkin Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi (Al-Qur’an) membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan secara terperinci hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb seluruh alam. (38) Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Qur'an), dan ajaklah siapa saja di antara kalian orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (39) Bahkan (yang sebenarnya), mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum mereka peroleh penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat yang ada sebelum mereka telah mendustakan (para rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat (kesudahan) orang yang zhalim. (40) Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Rabb mu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Yunus : 37-39)

3.  Ajakan Mubahalah Dengan Berhakim Kepada Allah

     Yaitu mubahalah dengan laknat (وهي مباهله باللعنه). Allah ﷻ berfirman :

فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰذِبِينَ.
(آل عمران: 61)

"Siapa yang membantahmu dalam hal ini (tentang Isa) setelah engkau memperoleh ilmu, maka katakanlah (Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan atas orang-orang yang dusta.” (QS. Ali Imran : 61)

Orang Kafir Mengatakan Bahwa Al Qur'an Itu Asathirul Awwalin ( Dongeng Orang Dahulu )


 

Orang Kafir Mengatakan  Bahwa Al Qur'an Itu Asathirul Awwalin ( Dongeng Orang Dahulu )

     Mereka mengatakan bahwa Al-Quran adalah asâtîr al-awwalîn, dongeng orang dahulu.

إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ

“Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.” (QS: al-Qalam: 15).

وَقَالُوٓا۟ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ ٱكْتَتَبَهَا فَهِىَ تُمْلَىٰ عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

قُلْ اَنْزَلَهُ الَّذِيْ يَعْلَمُ السِّرَّ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اِنَّهٗ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

“Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang. Katakanlah: Al-Quran itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al-Furqan: 5-6).

     Di antara orang kafir itu adalah Nadhar bin Harits. Ia  gencar menuduh Al-Quran hanya dinilai sebuah dongengan semata.  Allah mengecam sikap Nadhar bin Harits dan mengabadikan dalam ayat Al-Quran.

وَيْلٌ لِّكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (7) يَسْمَعُ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8)

“Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih.” (QS: Al-Jatsiyah: 7-8).

Minggu, 28 Januari 2024

Penyesalan Orang-Orang Kafir Dan Orang-orang Berdosa Di Akhirat


 

Penyesalan Orang-Orang Kafir Dan Orang-orang Berdosa Di Akhirat

     Allah Ta'ala berfirman :

رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡ كَانُواْ مُسۡلِمِينَ

"Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim." (QS. Al Hijr : 2)

حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ(99) لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ (100)
               
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia).  Agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mu'minun Ayat: 99-100)

وَلَوْ تَرٰۤى اِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَا كِسُوْا رُءُوْسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَاۤ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَا رْجِعْنَا نَعْمَلْ صَا لِحًـا اِنَّا مُوْقِنُوْنَ

“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS. As-Sajdah : 12)

إِنَّآ أَنذَرۡنَٰكُمۡ عَذَابٗا قَرِيبٗا يَوۡمَ يَنظُرُ ٱلۡمَرۡءُ مَا قَدَّمَتۡ يَدَاهُ وَيَقُولُ ٱلۡكَافِرُ يَٰلَيۡتَنِي كُنتُ تُرَٰبَۢا

"Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". (QS. An Naba : 40)

Sabtu, 27 Januari 2024

Kenapa Setelah Penyebutan Nabi Muhammad Diiringi ﷺ , Sedang Para Nabi Lain " عليه السلام " ?





 

Kenapa Setelah Penyebutan Nabi Muhammad Diiringi , Sedang Para Nabi Lain " عليه السلام " ?


     'Alaihis Salam ( عليه السلام ) berarti "Semoga Salam dilimpahkan kepadanya." Berbeda dengan Shalallaahu Alaihi Wassalaam ( صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ) yang artinya "Semoga Allah memberikan sholawat dan salam kepadanya."

     Allah Ta'ala berfirman :

وَسَلٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوْتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ࣖ

"Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali." (QS. Maryam : 15)

قُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَسَلٰمٌ عَلٰى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفٰىۗ ءٰۤاللّٰهُ خَيْرٌ اَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)?” (QS. An Naml : 59)

وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَۚ

"Dan salam (selamat sejahtera) bagi para rasul." (QS. Ash Shoffat : 181)

     Adapun asal perintah untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Ta`ala :

إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [الأحزاب: 56].

“Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya menyampaikan shalawatnya kepada Nabi -yakni Nabi Muhammad-. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam dengan sebenar-benarnya salam kepada Nabi itu.” (QS. Al-Ahzab : 56)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ –صلى الله عليه وسلم– يَقُولُ « إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ ». رواه مسلم.

Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwasannya ia pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda, “Jika kalian mendengarkan seorang muadzin (adzan), maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku, karena sungguh siapa yang membaca shalawat untukku satu kali shalawat, maka Allah akan bershalawat untuknya (merahmatinya) sepuluh kali. Kemudian, mintalah kalian kepada Allah untukku sebuah wasilah (perantara), maka sungguh hal itu adalah tempat di surga yang tidak diperkenankan (menempatinya) kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap aku lah yang mendapatkannya. Maka siapa yang memintakan wasilah untukku, ia halal mendapatkan syafaat.” (HR. Muslim).

     Dalam riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda :

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: البَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ. رواه الترمذي.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi).


Apakah Diperbolehkan Kalimat Shallahu Alaihi Wasallam Ditujukan Kepada Para Nabi Yang Lainnya?

     Dalam perkara ini terdapat ikhtilaf para ulama dan mayoritas para ulama berpendapat dalam hal ini, bolehnya dipakai kepada para nabi yang lainnya. Sebagaimana Shalawat juga ditujukan kepada selain Nabi Muhammad seperti Nabi Ibrahim alihisssalam.

     Dalam riwayat Basyir bin Sa’ad radhiyahu `anhu ketika bertanya kepada Nabi : “Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu, bagaimanakah kami mengucapkan shalawat kepadamu?”Kemudian Rasulullah menjawab :

قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ

“Ucapkanlah: “Ya Allah, berikanlah kemuliaan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberikan kemuliaan kepada Ibrahim. Dan berilah karunia kepada Muhammad beserta keluarganya sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta ini, hanya Engau-lah yang Mahaterpuji lagi Maha mulia. Adapun mengucapkan salam maka seperti yang telah kalian ketahui.” (HR Muslim)

Lebih tegasnya, Rasul ﷺ bersabda :

صلوا على أنبياء الله ورسله فإن الله بعثهم كما بعثني.

“Ber-shalawatlah kalian kepada para nabi Allah dan utusn-Nya karena Allah mengutus mereka semua sebagaimana Allah mengutusku." (HR Baihaqi)

     Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :

وقد حكى غير واحد الإجماع على أن الصلاة على جميع النبيين مشروعة منهم الشيخ محي الدين النووي رحمه الله وغيره، وقد حكي عن مالك رواية أنه لا يصلى على غير نبينا صلى الله عليه وسلم، ولكن قال أصحابه هي مؤولة بمعنى أنا لم نتعبد بالصلاة على غيره من الأنبياء، كما تعبدنا الله بالصلاة عليه صلى الله عليه وسلم. انتهى.

“Banyak ulama menceritakan ijma’ ulama bahwasannya shalawat kepada semua nabi termasuk disyari’atkan. Diantaranya adalah imam Nawawi dan lainnya. Adapun apa yang dikatakan oleh Imam malik: (أنه لا يصلى على غير نبينا صلى الله عليه وسلم) “Bahwasannya tidak boleh bershalawat kepada selain Nabi Muhammad ﷺ.”
Maka para muridnya berkata bahwa perkataan tersebut ditakwil dengan maksud bahwa kita tidak beribadah dengan shalawat kepada selain Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana Allah memerintahkan kita bershawalat kepada Nabi Muhammad ﷺ .” (lihat Jala’il Afham)

     Jadi kita boleh bershalawat kepada selain nabi dari para nabi-nabi Allah yang lainnya, hanya saja shalawat kepada Nabi Muhammad ada keutamaan tersendiri dan lebih sering di pergunakan. Wallahu a`lam.


Apa Boleh Kita Menyebut Muhammad عليه السلام ?


     Penyebutan shalawat dan salam atas Nabi tidak lepas dari tiga kondisi :

1. Menggabung shalawat dan salam atas Nabi, menjadi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , atau semisal dengan itu. Ini tingkatan paling utama dan paling tinggi. Sebagaimana dalam Al Quran Al Karim, Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (QS Al Ahzab : 56)

2. Meringkas jadi shalawat saja, menjadi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
(shallallaahu ‘alaih). Tingkatan ini berpahala sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi bersabda :

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Barangsiapa yang mengucapkan sholawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan sholawat kepadanya 10 kali.” (HR. Muslim)

3. Meringkas jadi salam atas Nabi Muhammad عليه السلام (‘alaihis salam). Ini tingkatan di bawah kedua yang telah disebutkan.

وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَۚ

"Dan salam (selamat sejahtera) bagi para rasul." (QS. Ash Shoffat : 181). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa ini makruh perlu ditinjau kembali, akan tetapi yang paling sempurna adalah seorang hamba menggabung antara shalawat dan salam, menjadi "صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ".

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.
     

Jumat, 26 Januari 2024

Orang-Orang Kafir Menanyakan Mu'jizat Nabi ﷺ ?


 

Orang-Orang Kafir Menanyakan Mu'jizat Nabi ﷺ ?
Al Qur'an Sebagai Mu'jizat Terbesar


     Al-Quran Kalamullah adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad dan yang terbesar di antara semua mukjizat para nabi, sehingga bisa disaksikan sampai hari Qiyamat. Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy rahimahullah menjelaskan,

ﺍﻟﻤﻌﺠﺰﺓ ﻫﻲ ﻣﺎ ﻳُﺠﺮِﻱ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻳﺪﻱ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻭﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺧﻮﺍﺭﻕ ﺍﻟﻌﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﺘﺤﺪﻭﻥ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ، ﻭﻳﺨﺒﺮﻭﻥ ﺑﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﻣﺎ ﺑﻌﺜﻬﻢ ﺑﻪ ، ﻭﻳﺆﻳﺪﻫﻢ ﺑﻬﺎ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ؛ ﻛﺎﻧﺸﻘﺎﻕ ﺍﻟﻘﻤﺮ ، ﻭﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻫﻮ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻌﺠﺰﺓ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻃﻼﻕ

“Mukjizat adalah suatu yang Allah turunkan melalui para rasul dan nabi berupa kejadian-kejadian luar biasa (di luar hukum adat/sebab-akibat) sebagai bentuk tantangan bagi manusia. Merupakan berita dari Allah untuk membenarkan apa yang telah Allah utus untuk menguatkan para rasul dan nabi. Seperti terbelahnya bulan dan turunnya Al-Quran. Al-Quran adalah mukjizat terbesar dari para rasul secara mutlak.” (lihat At-Tanbihaat Al-Lathiifah hal. 107)

{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38) بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (39) وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَ (40) }

“(37) Tidak mungkin Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi (Al-Qur’an) membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan secara terperinci hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb seluruh alam. (38) Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Qur'an), dan ajaklah siapa saja di antara kalian orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (39) Bahkan (yang sebenarnya), mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum mereka peroleh penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat yang ada sebelum mereka telah mendustakan (para rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat (kesudahan) orang yang zhalim. (40) Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Rabb mu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Yunus : 37-40)

Bantahan Terhadap Penganut Paham Ingkar As Sunnah ( Para Penolak Hadits Nabi ﷺ )



 

Bantahan Terhadap Penganut Paham Ingkar As Sunnah ( Para Penolak Hadits Nabi )


     Mengingkari As Sunnah atau Hadits Nabi secara demikian berarti telah mengingkari wahyu Allah dan itu adalah kufur. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمَآ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ

" .... Dan janganlah kamu jadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan ejekan. Ingatlah nikmat Allah kepada kamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan Al Hikmah (As Sunnah), untuk memberi pengajaran kepadamu dengannya. ..." (QS. Al-Baqarah/2 : 231)

لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

"Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imran :164)

فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ

"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (As Sunnah)." (QS. An-Nisa/4 : 59)

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَي

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An-Najm/53 : 3-4)

     Rasulullah bersabda :

أَلاَ إِنِّي أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ

"Ketahuilah, bahwa aku telah diberi wahyu al-Qur’an dan yang semisal al-Qur’an (yakni As Sunnah) datang bersamanya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad dengan sanad yang shahih. )

     Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dalam Musnad-nya, dan Abu Dawud dalam Sunan-nya dengan isnad shahîh dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma , ia berkata :

كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا فَأَمْسَكْتُ عَنْ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ فَقَالَ اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ

“Sebelumnya, aku menulis setiap sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah. Aku ingin menghafalnya. Kemudian kaum Quraisy melarangku. Mereka berkata (dengan nada pengingkaran, pen.): ‘Apakah engkau menulis semua yang engkau dengar darinya, padahal Rasulullah adalah manusia biasa, berbicara dalam keadaan marah dan senang?!’  Karenanya, aku mengekang diri untuk menulis”.
Kemudian, aku ceritakan hal ini kepada Rasulullah ﷺ. Beliau lantas bersabda: “Tulis saja. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada yang keluar dari diriku kecuali kebenaran”.

     Beliau bersabda :

لَيُوشِكُ بِالرَّجُلِ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يُحَدَّثُ بِحَدِيثِي فَيَقُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابُ اللَّهِ مَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَلَالٍ اسْتَحْلَلْنَاهُ وَمَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَرَامٍ حَرَّمْنَاهُ أَلَا وَإِنَّ مَا حَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ هُوَ مِثْلُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ

“Hampir-hampir ada seorang laki-laki yang bersandar di atas tempat tidurnya yang dihias; disampaikan kepadanya sebuah hadits dariku, lalu dia akan berkata: ‘Di antara kami dan engkau ada Kitab Allah Azza wa Jalla. Apa yang kita jumpai di dalamnya perkara yang halal, maka kita menghalalkannya. Dan apa yang kita jumpai di dalamnya perkara yang haram, maka kita mengharamkannya’. Ingatlah, sesungguhnya apa yang diharamkan oleh Rasulullah seperti apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala “. (HR Ibnu Majah, no. 12, dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni).

Kamis, 25 Januari 2024

Jawaban Atas Tuduhan : Umat Islam Menyembah Ka’bah ( Batu )







 


Jawaban Atas Tuduhan : Umat Islam Menyembah Ka’bah ( Batu )

     Jawaban hal ini cukup mudah, karena semua orang Islam yakin (bahkan sebagian non muslim juga) paham bahwa Ka’bah adalah arah qiblat/kiblat kaum muslimin dan bukan sesembahan (Ilah). Berikut beberapa jawaban dari tuduhan (syubhat) tersebut :

1.  Allah Ta’ala memerintahkan menyembah Rabb-nya Ka’bah
     Kaum muslimin bukan menyembah Ka’bah, tapi menyembab Rabb Pemilik Ka'bah. Allah Ta’ala berfirman :

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ

“Maka hendaklah mereka menyembah Rabb Pemilik rumah ini (Ka’bah).” (QS. Al-Quraisy: 3)

2.  Kiblat di awal Islam bukan Ka'bah melainkan ke arah Baitul Maqdis di Palestina
     Jadi apakah Rabb atau sesembahan umat Islam berganti apabila berpindah kiblat? Dari yang asalnya menyembah Baitul Maqdis kemudian ganti sesembahan yaitu menyembah Ka'bah. Tentu jawabnya tidak. Allah menurunkan ayat terkait perpindahan kiblat kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman :

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya." (QS. Al-Baqarah : 144)

3.  Perkataan Umar Ibnu Al Khaththab terkait Hajar Aswad

عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ رَأَيْتُ عُمَرَ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ إِنِّى لَأُقَبِّلُكَ وَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُكَ لَمْ أُقَبِّلْكَ

Dari ‘Abis bin Rabi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat Umar (Ibnu Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu) mencium hajar Aswad. Lantas Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu.” (HR. Al-Bukhari, no. 1597, 1605 dan Muslim, no. 1270). Dalam riwayat lain disebutkan,

إِنِّى لَأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ

“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudarat (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” ( HR. Muslim, no. 1270)

4.  Ketika sholat sunnah di kendaraan kita boleh menghadapkan wajah kita mengikuti arah kendaraan dan tidak senantiasa wajib menghadap Ka'bah. Karena yang disembah memang bukan Ka'bah.

وَعَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ – رضي الله عنه – قَالَ : – رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
زَادَ اَلْبُخَارِيُّ : – يُومِئُ بِرَأْسِهِ , وَلَمْ يَكُنْ يَصْنَعُهُ فِي اَلْمَكْتُوبَةِ

Dari ‘Amir bin Rabi’ah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah shalat di atas kendaraannya ke arah mana saja kendaraan itu menghadap.” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 1093 dan Muslim, no. 701)
Al-Bukhari menambahkan, “Beliau memberi isyarat dengan kepalanya, namun beliau tidak melakukannya pada shalat wajib.”

5.  Orang kafir Quraisy pun tidak ada menyembah Ka’bah saat itu, mereka menaruh berhala-berhala mereka di Ka’bah sebagai sesembahan.
     Ketika Fathul Mekkah, kaum muslimin menghancurkan berhala-berhala ini dari Ka’bah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghancurkan berhala-berhala di ka’bah tersebut dengan tangan beliau sendiri dengan membaca firman Allah.

قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ

"Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (QS. Saba’ : 49)
     Demikian juga orang kafir pun pada zaman sekarang aslinya juga banyak yang tahu bahwa sesembahan orang Islam adalah Allah dan bukan Ka'bah.

6.  Adzan di atas Ka'bah
     Ketika peristiwa Fathu-Makkah terjadi, Rasulullah ﷺ memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan di atas Ka’bah. Ini menunjukkan Ka'bah yang Bilal berdiri di atasnya itu bukan sesembahan, tapi hanya qiblat. Apa ada sesembahan yang boleh diinjak.??

7.  Kaum muslimin tidak ada yang punya keyakinan Ka'bah sebagai sesembahan ataupun tuhan. Tidak ada kaum muslimin yang membuat bangunan semisal Ka’bah atau miniatur Ka’bah kemudian ditaruh di masjid untuk disembah atau di bawa ke mana-mana untuk disembah.


Bagaimana Mungkin Umat Islam Dikatakan Menyembah Ka'bah Jika Kehormatan Seorang Mukmin Saja Itu Lebih Agung Daripada Ka'bah.??


     Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma menceritakan:

نظر رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الكعبة، فقال: ما أعظم حُرْمَتك. وفي رواية أبي حازم: لما نظر رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الكعبة، قال: مرحبًا بك من بيت، ما أعظمك وأعظم حُرْمَتك، ولَلْمؤمن أعظم حُرْمَة عند الله منكِ، إنَّ الله حرَّم منكِ واحدة، وحرَّم من المؤمن ثلاثًا: دمه، وماله، وأن يُظنَّ به ظنَّ السَّوء

“Rasulullah pernah menatap Ka’bah seraya berkata: "Alangkah agungnya kehormatanmu". Dalam riwayat Abu Hazim radhiallahu ‘anhu: "Ketika Rasulullah menatap Ka’bah, beliau bersabda: “Selamat datang wahai Ka’bah, betapa mulianya kamu, dan betapa agungnya kehormatanmu".
"Dan kehormatan seorang mukmin lebih agung dibandingkanmu. (Karena) sesungguhnya Allah hanya mengharamkan satu hal darimu, sementara dari seorang mukmin Allah mengharamkan tiga hal, darahnya, hartanya dan berprasangka tidak baik kepadanya." (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.6706, Kata al Albani rahimahullah dalam as Shahihah no.3420, sanadnya hasan, seluruh perawinya kredibel.)

حَدَّثَنَا أَبُو الْقَاسِمِ بْنُ أَبِي ضَمْرَةَ نَصْرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سُلَيْمَانَ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي قَيْسٍ النَّصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطُوفُ بِالْكَعْبَةِ وَيَقُولُ مَا أَطْيَبَكِ وَأَطْيَبَ رِيحَكِ مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَحُرْمَةُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ حُرْمَةً مِنْكِ مَالِهِ وَدَمِهِ وَأَنْ نَظُنَّ بِهِ إِلَّا خَيْرًا

Telah menceritakan kepada kami (Abu Al Qasim bin Abu Dlamrah Nashr bin Muhammad bin Sulaiman Al Himshi) telah menceritakan kepada kami [Ayahku] telah menceritakan kepada kami (Abdullah bin Abu Qais An Nashr) telah menceritakan kepada kami (Abbdullah bin Umar) dia berkata, "Aku melihat Rasulullah thawaf di Ka'bah sambil mengucapkan: "Alangkah indahnya kamu, alangkah harumnya baumu, alangkah agungnya dirimu dan alangkah agungnya kehormatanmu. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin, hartanya, darahnya itu lebih agung di sisi Allah darimu, dan kami tidak berprasangka kepadanya kecuali dengan baik." (Hadits Ibnu Majah Nomor 3922)

.والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين





Rabu, 24 Januari 2024

Tafsir Surat An Nisa Ayat 66





 

Tafsir Surat An Nisa Ayat 66


﴿وَلَوۡ أَنَّا كَتَبۡنَا عَلَیۡهِمۡ أَنِ ٱقۡتُلُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ أَوِ ٱخۡرُجُوا۟ مِن دِیَـٰرِكُم مَّا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِیلࣱ مِّنۡهُمۡۖ وَلَوۡ أَنَّهُمۡ فَعَلُوا۟ مَا یُوعَظُونَ بِهِۦ لَكَانَ خَیۡرࣰا لَّهُمۡ وَأَشَدَّ تَثۡبِیتࣰا ۝٦٦ ﴾ [النساء ٦٦]

"Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah diri kalian atau keluarlah kalian dari kampung kalian", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka melaksanakan pelajaran (perintah) yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)," (QS. An Nisa : 66)

     Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan dalam kitab tafsirnya :

يُخْبِرُ تَعَالَى عَنْ أَكْثَرِ النَّاسِ أَنَّهُمْ لَوْ أُمِرُوا بِمَا هُمْ مُرْتَكِبُونَهُ مِنَ الْمَنَاهِي لَمَا فَعَلُوهُ؛ لَأَنَّ طِبَاعَهُمُ الرَّدِيئَةَ مَجْبُولَةٌ عَلَى مُخَالَفَةِ الْأَمْرِ، وَهَذَا مِنْ عِلْمِهِ -تَبَارَكَ وَتَعَالَى-بِمَا لَمْ يَكُنْ أَوْ كَانَ فَكَيْفَ كَانَ يَكُونُ؛ وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلا قَلِيلٌ مِنْهُمْ﴾

Allah mengkhabarkan tentang kebanyakan manusia, bahwa mereka itu seandainya diperintahkan mengerjakan hal-hal yang dilarang mereka melakukannya, niscaya mereka tidak akan melakukannya karena watak mereka yang buruk telah diciptakan dalam keadaan mempunyai naluri untuk menentang perintah. Hal ini merupakan bagian dari ilmu Allah Ta'ala terhadap hal yang belum terjadi, atau hal yang telah terjadi, lalu bagaimana kelanjutannya di masa mendatang. Karena itulah Allah Ta'ala dalam ayat ini berfirman : {وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلا قَلِيلٌ مِنْهُمْ } "Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah diri kalian atau keluarlah kalian dari kampung kalian", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka."

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا أَبُو زُهَيْرٍ(١) عَنْ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ السَّبِيعِيِّ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: ﴿وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنْ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوْ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهْ إِلَّا قَلِيلٌ [مِنْهُمْ](٢) ﴾ الْآيَةَ، قَالَ رَجُلٌ: لَوْ أُمِرْنَا لَفَعَلْنَا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانَا. فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: "إِنَّ مِنْ أُمَّتِي لَرِجَالًا الْإِيمَانُ أَثْبَتُ فِي قُلُوبِهِمْ مِنَ الْجِبَالِ الرَّوَاسِي"(٣) .

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Mutsanna, telah menceritakan kepadaku Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Zuhair, dari Ismail, dari Abu Ishaq As-Sabi'i sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah diri kalian.'" (An-Nisa: 66), hingga akhir ayat. Bahwa tatkala ayat ini diturunkan, ada seorang lelaki mengatakan, "Sekiranya kita diperintahkan untuk itu, niscaya kami benar-benar akan melakukannya, tetapi Alhamdulillah yang telah menyelamatkan kita dari perintah itu." Ketika hal tersebut sampai kepada Nabi , maka beliau bersabda: "Sesungguhnya di antara umatku benar-benar terdapat banyak lelaki yang iman di dalam hati mereka lebih teguh lagi lebih kokoh daripada gunung-gunung yang terpancangkan dengan kokohnya."

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُنِيرٍ، حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حدثنا هشام، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: ﴿وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ﴾ الْآيَةَ. قَالَ أُنَاسٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ: لَوْ فَعَلَ رَبُّنَا لَفَعَلْنَا، فَبَلَغَ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: "لَلإيمان(٤) أَثْبَتُ فِي قُلُوبِ أَهْلِهِ مِنَ الْجِبَالِ الرَّوَاسِي".

Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula. Untuk itu ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Munir, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Al-Hasan berikut sanadnya, dari Al-A'masy yang mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya kalau  Kami perintahkan kepada  mereka, "Bunuhlah diri kalian!" (An-Nisa: 66). hingga akhir ayat. Ketika ayat ini diturunkan, ada segolongan orang dari sahabat Nabi yang mengatakan, "Sekiranya kita diperintahkan oleh Tuhan kita untuk itu, niscaya kita benar-benar akan melakukannya." Maka sampailah perkataan itu kepada Nabi , lalu beliau bersabda:  "Iman benar-benar lebih kokoh di dalam hati para pemiliknya daripada gunung-gunung yang dipancangkan dengan kokohnya."

وَقَالَ السُّدِّيُّ: افْتَخَرَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاس وَرَجُلٌ مِنَ الْيَهُودِ، فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: وَاللَّهِ لَقَدْ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْنَا الْقَتْلَ فَقَتَلْنَا أَنْفُسَنَا. فَقَالَ ثَابِتٌ: وَاللَّهِ لَوْ كَتَبَ عَلَيْنَا: ﴿أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ﴾ لَقَتَلْنَا. فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ. رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ.

As-Saddi mengatakan bahwa Tsabit ibnu Qais ibnu Syammas saling berbangga diri dengan seorang lelaki Yahudi. Lelaki Yahudi itu mengatakan, "Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bunuh diri, lalu kami bunuh diri kami (yakni di masa Nabi Musa)." Maka Taabit berkata, "Demi Allah, sekiranya Allah memerintahkan kepada kami untuk membunuh diri kami, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Bunuhlah diri kalian! (An-Nisa: 66) niscaya kami benar-benar akan melakukannya." Maka Allah Ta'ala menurunkan ayat ini. (Diriwayatkan Ibnu Abu Hatim)

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلان، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ السَّرِي، حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ ثَابِتٍ، عَنْ عَمِّهِ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ [ ﴿وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ﴾ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَاللَّهِ لَوْ أَمَرْتَنِي أَنْ أَقْتُلَ نَفْسِي لَفَعَلْتُ، قَالَ: "صَدَقْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Ghailan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnus Sirri, telah menceritakan kepada kami Mush'ab ibnu Tsabit, dari pamannya (yaitu Amir ibnu Abdullah ibnuz Zubair) yang mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah diri kalian atau keluarlah kalian dari kampung kalian," niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. (An-Nisa: 66). Abu Bakar berkata: Wahai Rasulullah, demi Allah jika kamu memerintahkan aku untuk bunuh diri, niscaya aku akan melakukannya. Nabi bersabda: Engkau benar, wahai Abu Bakar.”

حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ العَدَنيّ قَالَ: سُئِلَ سُفْيَانُ عَنْ قَوْلِهِ](٥) ﴿وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلا قَلِيلٌ مِنْهُمْ﴾ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "لَوْ نَزَلَتْ لَكَانَ ابْنُ أُمِّ عَبْدٍ مِنْهُمْ".

Ayahku menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abi Umar Al-Adni menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan ditanya tentang firman-Nya : "Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah diri kalian atau keluarlah kalian dari kampung kalian", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka." Dia berkata :
(Ketika ayat ini diturunkan) Rasulullah bersabda: "لَوْ نَزَلَتْ لَكَانَ ابْنُ أُمِّ عَبْدٍ مِنْهُمْ". "Seandainya perintah itu diturunkan, niscaya Ibnu Ummi Abdin termasuk dari mereka (yang menaati-Nya)."

وَحَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْد قَالَ: لَمَّا تَلَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ هَذِهِ الْآيَةَ: ﴿وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ [أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلا قَلِيلٌ مِنْهُمْ](٦) ﴾ الْآيَةَ، أَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِيَدِهِ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَواحة، فَقَالَ: "لَوْ أَنَّ اللَّهَ كَتَبَ ذَلِكَ لَكَانَ هَذَا مِنْ أُولَئِكَ الْقَلِيلِ" يَعْنِي: ابْنَ رَوَاحَةَ.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, dari Safwan ibnu Amr, dari Syuraih ibnu Ubaid yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya  kalau  Kami perintahkan kepada  mereka, "Bunuhlah diri kalian.'" (An-Nisa: 66), hingga akhir ayat. Maka beliau mengisyaratkan tangannya menunjukkan ke arah Abdullah ibnu Rawwahah, lalu bersabda: Seandainya Allah memerintahkan hal tersebut, niscaya orang ini termasuk dari mereka yang sedikit itu.
Yang dimaksud ialah Abdullah ibnu Rawwahah.

وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ﴾ أَيْ: وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُؤْمَرُونَ بِهِ، وَتَرَكُوا مَا يُنْهَوْنَ عَنْهُ ﴿لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ﴾ أَيْ: مِنْ مُخَالَفَةِ الْأَمْرِ وَارْتِكَابِ النَّهْيِ ﴿وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا﴾ قَالَ السُّدِّيُّ: أَيْ: وَأَشَدَّ تَصْدِيقًا.

Firman Allah Ta'ala : وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka. (An-Nisa: 66)
Sekiranya mereka mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka dan meninggalkan apa yang dilarang mereka melakukannya. {لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ} tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (An-Nisa: 66)
Yakni lebih baik daripada menentang perintah dan mengerjakan larangan-larangan. {وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا} dan lebih menguatkan (iman mereka). (An-Nisa: 66)
Menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah lebih tashdiq (percaya dan membenarkan).

Selasa, 23 Januari 2024

Seorang Muslim Ahlus Sunnah Menjawab Pertanyaan Dari Orang Kafir


 

Yaumul Ba’ats ( Hari Dibangkitkan Dari Alam Barzakh )



 

Yaumul Ba’ats ( Hari Dibangkitkan Dari Alam Barzakh )


     Allah Ta’ala berfirman :

ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ﴿١٥﴾ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ

Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari Kiamat. (QS. Al Mu’minun/23 : 15-16)

يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ

Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya. (QS. Al Anbiya’/21 : 104)

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (QS. Az Zumar/39 : 68)



Orang Kafir Mengingkari Hari Kebangkitan


زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Rabb-ku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. Ath Thaghabun/64 : 7)

وَاَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْۙ لَا يَبْعَثُ اللّٰهُ مَنْ يَّمُوْتُۗ بَلٰى وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ
              
Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.” Tidak demikian (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. An-Nahl Ayat: 38)

إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ ۘ وَالْمَوْتَىٰ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepadaNya-lah mereka dikembalikan.(QS. Al An’am/6 : 36)

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ﴿٥١﴾قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ

Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin/36 : 5-52)

مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. Luqman/31 : 28)


Senin, 22 Januari 2024

Menjawab Tuduhan Dusta Orang Kafir "Muhammad ﷺ Tidak Khitan"


 

Menjawab Tuduhan Dusta Orang Kafir "Muhammad Tidak Khitan"
https://wahaiahlikitab.blogspot.com/2024/01/menjawab-tuduhan-dusta-orang-kafir.html?m=1
    
     Khitan adalah salah satu sunnah fitrah yang muakkadah (sangat dianjurkan). Sebagian ulama berpendapat hukumnya adalah wajib. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ :

الفطرة خمس -يعني السنة خمس- الختان والاستحداد وقلم الأظافر وقص الشارب ونتف الإبط

Sunnah fitrah yang lima adalah khitan (sunat), istihdad (mencukur rambut kemaluan), memotong kuku, mencukur kumis, dan mencabut rambut ketiak” (HR. Bukhari 5889, Muslim 257).

     Rasulullah bersabda :

اخْتَتَنَ إِبْرَاهِيمُ بَعْدَ ثَمَانِينَ سَنَةً وَاخْتَتَنَ بِالْقَدُومِ

“Ibrahim berkhitan setelah mencapai usia 80 tahun, dan beliau berkhitan dengan Al Qodum.” (HR. Bukhari)

     Allah Ta’ala berfirman :

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. An Nahl : 123)

      Nabi ﷺ juga memerintahkan laki-laki yang baru masuk Islam dengan sabdanya :

أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ

Hilangkanlah rambut kekafiran yang ada padamu dan berkhitanlah.” (HR. Abu Daud , dan Baihaqi, dan dihasankan oleh Al Albani)

     Terdapat ijma' bahwa Nabi Muhammad khitan, dan tak ada satupun ulama yang mengingkarinya ataupun mengatakan Nabi tidak khitan. Dan ijma' ulama' itu termasuk hujjah. Yang diperselisihkan hanya kapan Nabi Muhammad khitan sebagaimana tanggal kelahiran beliau juga diperselisihkan dan tak ada yang tahu pasti. Sebagian pendapat mengatakan beliau dikhitan sang kakek pada hari ketujuh kelahirannya dan sebagian lagi berpendapat Nabi lahir dalam keadaan sudah dikhitan. Penyebab perselisihan karena tiada hadits shahih yang menjelaskan kapan Nabi khitan. Jika Nabi tidak menjelaskan terkait kapan beliau kihitan itu artinya perkara tersebut tidak penting diketahui umat sehingga para Shahabat Nabi pun tidak menanyakan. Karena terkadang Nabi tidak menerangkan sesuatu karena tidak ingin memberatkan umat.

     Nabi bersabda :

دَعُونِى مَا تَرَكْتُكُمْ ، إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ ، فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ ، وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Biarkanlah apa yang aku tinggalkan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka. Jika aku melarang dari sesuatu, maka jauhilah. Dan jika aku memerintahkan pada sesuatu, maka lakukanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari no. 7288 dan Muslim no. 1337).

Catatan : Bagaimana mungkin Nabi bisa dituduh tidak khitan, sedang beliau mengikuti millah nabi Ibrahim dan memerintahkan kaum muslimin supaya khitan. Itu hanya tuduhan dusta dari orang kafir.

  قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Katakanlah, “Tunjukkan burhan (bukti kebenaran) kalian jika kalian orang yang shodiq (benar).” (QS. Al Baqarah : 111)


Minggu, 21 Januari 2024

Sebuah Tantangan Untuk Orang-orang Kafir Sampai Hari Qiyamat






Sebuah Tantangan Untuk Orang-orang Kafir Sampai Hari Qiyamat

{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38) بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (39) وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَ (40) }

“(37) Tidak mungkin Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi (Al-Qur’an) membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan secara terperinci hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb seluruh alam. (38) Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Qur'an), dan ajaklah siapa saja di antara kalian orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (39) Bahkan (yang sebenarnya), mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum mereka peroleh penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat yang ada sebelum mereka telah mendustakan (para rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat (kesudahan) orang yang zhalim. (40) Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Rabb mu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Yunus : 37-39)

■  Al Qur'an adalah Kalamullah (Kalam Allah). Adanya kalam itu bukti empiris adanya Sang Pemilik Kalam yaitu Allah. Al Qur'an kalamullah adalah mu'jizat terbesar Nabi Muhammad melebihi semua mu'jizat para nabi. Sehingga bisa disaksikan ketika beliau masih hidup dan setelah wafatnya sampai hari Qiyamat.
■  Bukti ilmiyah dengan melihat sanad yang mutashil dan mutawatir. Al Qur'an telah dihafal banyak orang sehingga tidak mungkin sepakat dusta. Bahkan hingga sekarang banyak penghafal Al Qur'an memiliki ijazah sanad sampai bersambung dengan Nabi Muhammad. Sebaliknya apa kitab kalian punya sanad yg mutashil dan mutawatir.??? Ataukah justru munqothi' dan para penulisnya bukan murid Yesus serta majhul.?
■  Jika masih ragu, ada sebuah tantangan : "Maka buatlah 1 surat saja semisal Surat Al Fatihah 7 ayat (yang memiliki kandungan agung, sebagai petunjuk, bisa untuk obat penyakit hati dan badan, bisa untuk ruqyah dan ditakuti para syaithan, susunannya indah, mudah dihafal dst). Apa kalian mampu.???
■  Panggilah semua sesembahan kalian selain Allah, para syaithan dan semua sekutumu serta teknologi tercanggih untuk membuat 1 surat semisal Al Qur'an.
■  Silahkan dibantah secara ilmiyyah dengan burhan dan hujjah atau buktikan dengan mubahalah. Bukan cuma bicara dengan tanpa landasan dalil ilmiyah dan menggunakan kitab yang tidak jelas sanadnya ataupun munqothi'.?

تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan burhan (bukti kebenaran) kalian jika kalian orang yang shodiq (benar).” (QS. Al Baqarah : 111)

فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." (QS. Al Qoshosh : 50).

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.








 


Sebuah Tantangan Untuk Orang-orang Kafir Sampai Hari Qiyamat



{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38) بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (39) }

“(37) Tidak mungkin Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi (Al-Qur’an) membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan secara terperinci ketetapan (Allah). Tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (38) Bahkan, apakah (pantas) mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an) itu.”? Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Kalau demikian,) buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah siapa yang dapat kamu (ajak) selain Allah (untuk menolongmu), jika kamu orang-orang yang benar.” (39) Bahkan, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat sebelum mereka telah mendustakan (para rasul). Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang zalim." (QS. Yunus : 37-39)

■  Panggilah tuhan/sesembahan kalian selain Allah dan semua sekutumu untuk membuat 1 surat semisal Al Qur'an. Jika kalian mampu silahkan bantah secara ilmiyyah dengan burhan dan hujjah atau buktikan dengan mubahalah. Bukan cuma bicara dengan tanpa landasan dalil ilmiyah dan menggunakan kitab yang tidak jelas sanadnya ataupun munqothi'.?

تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan burhan (bukti kebenaran) kalian jika kalian orang yang shodiq (benar).” (QS. Al Baqarah : 111)

فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." (QS. Al Qoshosh : 50).

رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

"Ya Robb-ku, berilah keputusan dengan adil. Dan Robb kami Ar Rohman, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kalian katakan.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

Catatan :
Jika tujuan kalian  baik..silahkan bertanya lewat wa.me/6285226371103. Kecuali jika tujuan kalian itu memang jahat.



■ Daripada dirimu rajin nulis dongeng yg tidak bermutu..jk mampu penuhilah tantangan ini agar dirimu mjd pahlawan.??

■ Kalian katakan Muhammad bodoh dan mencuri atau membajak kitab kalian. Maka buktikan : Tunjukkan pd kami 7 ayat pd kitab kalian yg mampu menandingi Al Fatihah (ummul Qur'an).?
Kitab asli tentunya bs mengalahkan kitab yg dituduh palsu/bajakan.
Atau semua itu hanya tuduhan dusta dan tidak terbukti sama sekali.??

■ Kalian tanya : bukti adanya Allah, mu'jizat yg bisa disaksikan, bukti sejarah dst.

Bukti adanya Allah yaitu kalam Allah (Al Qur'an). Mu'jizat terbesar yg senantiasa bisa disaksikan adl Al Qur'an. Bukti sejarah jg Al Qur'an. Kami diperintahkan jihad memerangi kalian dg hujjah dan bayan..jg dg Al Qur'an. Dan orang kafir banyak yg masuk Islam krn sbb Al Qur'an. Wa Alhamdulillah..

Pembelaan Terhadap Nabi Muhammad ﷺ Dari Para Pencelanya Dan Musuh-musuh Islam - Rabi'ul Awwal 1446 H

  Pembelaan Terhadap Nabi Muhammad ﷺ Dari Para Pencelanya Dan Musuh-musuh Islam - Rabi'ul Awwal 1446 H ✍🏻  Hujjah Dan Burhan Terhunus ...